7 Mitos Sesat di Dunia Ilustrasi
Selama ini berkembang mitos-mitos yang melekat di benak masyarakat tentang ilustrasi. Mitos-mitos ini terdengar sangat masuk akal namun justru menghambat berkembangnya ilustrasi khususnya bagi mereka yang memiliki passion ke arah itu dan memiliki mimpi untuk menjadi Artist. Sialnya mitos ini terlanjur berjangkit kuat. Inilah 7 mitos-mitos itu:
1. Teknik dalam Ilustrasi itu Segalanya?
Teknik dalam ilustrasi itu bukan satu-satunya hal terpenting dalam membuat artwork keren dan membuat seseorang menjadi Valuable Artist. Teknik hanyalah sebuah shortcut atau jalan pitas yang diciptakan oleh beberapa individu untuk mendapatkan cara tercepat, termudah dan terbaik dalam menyelesaikan artworknya. Mengutip kalimat Alex Ross; “Never prejudge a thing based on how it got done but just on what it appears to be”. Jadi semua teknik adalah sah, dan yang paling penting adalah hasil akhir sebuah artwork yang berkorelasi dengan kecepatan dan kemudahan dalam mengerjakannya.
2. Style itu harus segera dibentuk sesegera mungkin, dan Artist itu wajib punya style!
Oke, beberapa Artist besar memiliki style yang sangat keren dan sepertinya original. Tapi benarkah faktanya seperti itu? Artgerm, digital artist dengan style The Pepper Project-nya yang khas berpendapat; “The original of art is no style”. Style itu akan terbentuk dengan sendirinya, its grown up as an artist expand their capability. Alex Ross sendiri memiliki pendapatnya sendiri, ia selalu mengekspansi skillnya dan selalu membuat sesuatu yang lebih baik dalam setiap eksekusi. Jadi sebelum kita terpapar oleh berbagai macam subyek ilustrasi, janganlah berhenti di zona nyaman style dan berkata, “oke saya sudah cukup sampai di sini, ini style saya”. Kata Artupida, seorang digital artist yang paling males ngomongin style, “Style itu seperti kepribadian.. `Gak akan bisa terbentuk kalau `gak pernah diekspose oleh berbagai macam pengalaman…..dan yang `gak kalah penting nih: Daripada mikirin cari-cari style gambar mendingan pikirin tuh kenapa gebetan kamu masih aja nge “D” in kamu :D”
artwork by Handri Chen
3. Cari guru sebanyak-banyaknya, download tutorial sebanyak-banyaknya, kalau perlu berguru sama dewa-dewa terbaik maka kamu akan Jago
Ini adalah mitos yang paling kronis yang menimpa AFA, Average Frustate Artist. Artist-artis model gini punya simpanan tutorial bergiga-giga byte dan telah melanglangbuana berguru pada dewa-dewa ilustrasi. Tapiiii….saat kita liat sketch book dan portfolionya…well… kita akan menangis terharu… betapa mereka telah menyia-nyiakan hidup mereka. Biasanya portfolio mereka berbanding terbalik dengan isi hardisk koleksi download tutorial mereka. Fakta yang sebenarnya adalah, tutorial dan guru itu memang sangat penting, tapi tidak ada yang bisa mengalahkan sebuah tindakan berkarya. Seorang artist sekelas dewa dan tutorial maha keren tidak akan bisa merubah artist pemula yang selalu menunda untuk memulai karya pertamanya. Mulailah berkarya, jadikan artist-artist dewa itu sebagai inspirasi dan ambil tutorial seperlunya saja. Just Do it!!
artwork by @ARTUPIDA
4. Latihan itu WAJIBBB!!!
Lho kalo nggak latihan gimana mau jago? Masa sih kita `gak perlu coret-coret gambar gitu? Mitos ini lagi-lagi sangat menyesatkan. Faktanya kebanyakan artist-artist yang rajin berlatih, sketchbook dan portfolionya berisi artwork-artwork setengah jadi, gambar kepala doang, tangan tanpa jari yang detail, dan gambar-gambar organ tubuh `gak jelas atau scene-scene yang tidak menceritakan apa-apa plus coret-coretan tulisan tangan berisi curhatan di beberapa bagian kertas.
Jadi gimana dong? Masa `gak latihan? Oke, camkan baik-baik kalimat ini “Don’t Try, Just Be”.
Mas Toni Hariyanto, grand daddy realism dari Indonesia, dia menganalogikan artist dengan tukang baso……masa ada sih tukang baso yang hanya latihan bikin butiran baso tiap hari, motong daun bawang dengan berbagai gaya, yang pasti tukang baso yang sukses akan menciptakan semangkok baso yang diciptakan dari proses dengan tujuan yang jelas, yaitu bikin semangkok baso lengkap siap santap. Jadi maksudnya gimana nih? Yah kalo eloe tukang gambar..ya bikin gambar komplet, ada komposisi, ada scene, ada perspektif, ada cerita dan apapun itu syarat sebuah masterpiece!!
artwork by anonymous source
5. Berkarya itu harus cari Mood dulu…
Nggak cuma artis di bidang ilustrasi yang meyakini mitos seperti ini. Ada yang dibela-belain naik gunung semedi biar moodnya dapet. Hasilnya klienpun kabur karena deadline telat. Kata mas Ades Aulia, seorang kreativator, seorang artist harus bisa menciptakan mood, mood itu diciptakan dan tidak bisa datang tiba-tiba. Jadi gimana dong solusinya? Artupida pernah menulis tentang First Minute Resistance yang berhubungan dengan mood. FMR muncul bisa karena artist terlalu pusing atau takut untuk membuat artwork karena terintimidasi oleh detail yg harus dibuat. Ini wajar kok, tapi harus diatasi. Trik untuk menghindari FMR ini, pertama adalah dengan memanipulasi bahasa yang kita gunakan.
Gunakan bahasa yang sebaliknya, namun dengan konteks yang sama…. Ingat!! Konteks sama dengan konten yang berbeda. Misal kamu malas mandi, kamu bisa bilang “gw gak akan mandi, gw cuma akan bersihin badan gw di kamar mandi”.
setelah itu kamu bisa menggabungkannya dengan trik kedua “gradual persuasions”…. Trik kedua ini adalah dengan membuat otak tidak memproses semua informasi secara bersamaan namun memproses informasi secara sepotong-sepotong. Jadi ketika kamu akan membuat sebuah artwork yang rumit jangan melihatnya secara keseluruhan, namun paksa otak kamu untuk melihatnya secara bertahap. Misal kamu malas gambar, kamu bisa bilang “gw gak akan nggambar, gw cuma akan ambil pensil dan duduk aja sambil liatin sketch book”. Trus selanjutnya setelah kamu duduk kamu bisa bilang, ”Gw gak akan nggambar sedetail itu, gw cuma akan bikin beberapa garis saja”. In the end kamu akan sadar kamu sudah melakukan semuanya; mission accomplished!!!!!.
6. Gue nggak ada waktu, nggak ada uang dan nggak ada yang mau ngajarin, gimana gw bisa Jago gambar???
Wah mitos yang sangat meyakinkan sih, gimana dong kalo waktu kita udah habis buat kerja, mana nggak ada uang buat bayar sekolah ilustrasi yang bagus, gimana mau dapat guru sekelas dewa??? Putus asalah… Galau menerpa…
Faktanya adalah… Oke kita bandingkan 2 buah kasus nyata. Kasus pertama seorang artist pemula, muda, gagah, tajir, cerdas, kaya raya, didukung orang tua dan mendapat kesempatan memilih sesuka dia untuk berguru di sebuah sekolah ilustrasi terbaik manapun di dunia. Kasus kedua adalah seorang Ardiansyaf….komikus maha dewa dari Indonesia. Dari keluarga biasa, keluarga tidak terlalu mendukung, dituntut untuk berkejar-kejaran dengan upaya memenuhi kebutuhan financial keluarga, hidup di jaman dimana akses internet tidak ada dan referensipun sulit didapatkan. Bahkan ketika internet mulai booming, Ardiansyaf harus menempuh 3 jam perjalanan Tulung Agung – Malang.
Hasilnya adalah, artist pemula tadi tidak menyelesaikan sekolah ilustrasinya karena berbagai alasan-alasan yang tidak logis dan sketch-booknyapun masih banyak yang kosong selain gambar-gambar gak jelas dan grafiti-grafiti curhatan, web portfolionya hanya berisi foto-foto instagram lucu-lucuan. Sementara Ardiansyaf dengan segala keterbatasannya telah membukukan milyaran rupiah dari dunia ilustrasi yang ditekuninya. Oke, jadi masih perlu alasan lagi?
contoh gambar sebelum dan sesudah memperlajari 5 skills perception, artwork courtessy of Betty Edward
7. Bakat gambar itu bawaan lahir. Titik!!!
Mitos paling mengerikan dalam dunia ilustrasi. Mitos ini membuat banyak orang berhenti mengejar passionnya hanya karena merasa tidak berbakat. Faktanya adalah kemampuan menggambar seseorang ditentukan oleh 5 persepsi dasar ilustrasi yaitu perception of the edge, perception of space, perception of relationship, perception of light and dark (values) dan perception of the whole (gestalt). Orang-orang yang kebetulan jago gambar biasanya mereka beruntung karena di saat pertumbuhan usianya mereka terpapar oleh pengalaman yang membuat mereka secara tidak sadar memiliki 5 persepsi tadi. Carrot Academy memasukkan 5 perceptions skill tadi sebagai dasar sebelum artist belajar skill-skill fundamental berikutnya. Marc Taro Holmes, dewa ilustrasi dunia pernah mengatakan “What One Man Can Do, Another Can Do”. Jadi Bakat itu Mitos!!
(BP)
You must be logged in to post a comment.
Luar biasa….
Thanks bro. infonya,,
sangat membantu >…<
*lanjut gambaarrrr!!*
keren banget ulasanya..
bagus Isinya sangat membantu saya 🙂
Mantap (Y)
Makasih infonya 😀
walah bener juga… 🙂
Terima kasih atas pencerahannya, membuat saya lebih percaya diri