Keajaiban ini berarti kita telah membiarkan photoshop menggambar untuk kita dan kita tidak memiliki kontrol terhadap photoshop, namun bagi seorang pemula “keajaiban” ini masih terlihat lebih baik daripada apa yang mereka bisa saat ini. Hal ini mendorong mereka segera memulai painting dengan cukup mengandalkan photoshop dan berharap suatu saat menjadi masterpiece.
Seorang digital painting artist profesional yang kita kagumi memang menggunakan photoshop untuk menghidupkan ide mereka, namun mereka menggunakannya sebagai tools bukan mesin pencipta art. Jadi apa bedanya?
- Profesional membayangkan sebuah efek dan membuat program melakukannya.
- Pemula menginginkan program melakukan sesuatu untuk mereka dan apabila mereka puas, mereka akan memakainya.
Apakah opsi kedua terdengar familiar? Jika iya, teruskan baca. Dalam artikel ini, kita akan mengembangkan 10 aspek berbeda dalam alur kerja kita sehingga kita menjadi artist Photoshop yang memiliki pemahaman yang baik. Dengan 10 tips sederhana ini, kita akan mengerti kesalahan yang mungkin menghambat kemajuan kita selama ini.
Catatan: masalah yang dijelaskan di sini berlaku pada situasi di mana artist memperoleh hasil efek dengan “tidak sengaja” sementara mereka berharap painting yang realistik. Hal ini bukan sebuah ketidaksengajaan apabila kita merencakanannya.
1. Ukuran kanvas yang salah
Memulai painting adalah hal yang sangat mudah. Mulailah dengan opsi File > New, atau bisa menggunakan pintas Control-N. Terlihat sangat mudah hingga sering diabaikan.
Ada 3 masalah yang sering terjadi.
1. Canvas yang terlalu kecil.
Apabila benda disusun oleh atom, maka painting disusun oleh pixel. Berapa sesungguhnya pixels yang kita butuhkan untuk menggambar yang detail? 200×200? 400×1000? 9999×9999?
Kesalahan awal adalah menggunakan canvas seukuran montior yang kita gunakan, padahal kita tidak tahu seberapa besar resolusi yang digunakan orang-orang yang akan melihat artwork kita.
Artwork di bawah ini dibuat dalam resolusi 1024×600 dan terlihat makin kecil pada ukuran monitor yang makin besar sampai dengan ukuran 1920×1200 (gambar ke-5). Pada monitor terbesar, resolusi gambar akan pecah ketika diperbesar.
Apabila gambar kita dilihat melalui smartphone, biasanya smartphone memiliki pixel yang dipadatkan dalam layar yang kecil. Akan terlihat perbedaan seperti di bawah ini:
- Ukuran sama, resolusi beda
- Ukuran beda, resolusi sama.
Apa artinya? Artwork yang telah kita buat seukuran monitor kita akan memiliki kemungkinan terlihat kecil pada monitor orang lain:
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah detail. Dengan resolusi yang terlalu kecil kita akan kesulitan mengerjakan bagian dengan detil karena tidak ada pixel yang cukup tersedia.
Salah satu triknya adalah ketika kita membuat painting obyek kecil dalam resolusi besar, ingatlah bahwa obyek yang tidak detail akan terlihat menarik dalam ukuran kecil/dilihat dari jauh akan menarik dan terlihat sebagai sebuah obyek yang terencana.
2. Kanvas yang terlalu besar.
Apakah ini artinya kita harus selalu menggunakan resolusi besar untuk mendapatkan keleluasaan? Secara teori memang benar demikian, namun pada prakteknya tidak selalu perlu dan bahkan tidak memungkinkan.
Makin besar resolusi makin banyak pixels yang ada di dalam stroke yang kita gunakan dan makin berat komputer kita bekerja, apalagi jika kita menambahkan pressure levels dengan variable flow. Kita perlu sebuah komputer yang powerful agar resolusi besar bisa dikerjakan dengan nyaman.
Resolusi yang besar akan mendapatkan detil yang sangat tinggi. Berlawanan dengan pemahaman seorang pemula, sebenarnya tidak semua painting harus detil. Bahkan saat kita mengerjakan painting realistik, kita bisa mengabaikan beberapa informasi dalam sebuah obyek dan tidak perlu membuatnya detail – apa yang kita lihat dalam kenyataan tidak akan pernah seperti foto.
Saat kita menggunakan resolusi yang makin besar, kita akan tergoda untuk menambahkan beberapa detail di sana sini karena memang memungkinkan. Akan ada banyak level detail yang akan dikerjakan, namun kita akan banyak menggunakan satu tema brush atau elemen lain yang seragam dalam satu artwork. Jika kita ingin painting dalam waktu yang cepat, misalnya obyek dengan detail bulu, jangan menghabiskan waktu terlalu banyak untuk bagian hidung dan mata,- atau hal itu akan membuat painting terlihat tidak konsisten dan nampak tidak selesai.
3. Hasil akhir gambar kita yang terlalu besar
Misalnya kita telah menemukan resolusi yang tepat untuk painting kita, perhatikan resolusi dari obyek yang kita buat. Mungkin kita perlu banyak pixel untuk membuat gambar kita detail, namun jarak yang jauh juga akan membantu gambar menjadi lebih detail. Seperti contoh di bawah ini:
Sebelum menyimpan hasil final gambar kita, kita akan me-resize-nya. Tidak ada ukuran pasti, sesuaikanlah dengan kebutuhan kita. Aturannya adalah: makin banyak detail makin sedikit detail yang akan hilang apabila disimpan pada resolusi tinggi. Apabila gambar kita bergaya “sketchy” akan terlihat lebih bagus disimpan dalam versi yang lebih kecil. Untuk mempelajari hal ini kita bisa melihat resolusi yang digunakan artist-artist favorit kita ketika memposting karyanya.
Satu hal lagi, saat meresize gambar kita, cek algoritma yang terbaik. Beberapa akan membuat gambar kita terlihat lebih tajam yang mungkin tidak kita inginkan.
Gunakan resolusi untuk cetak
Apabila kita menghendaki painting kita untuk dicetak sebagai poster, ukuran yang cukup ideal adalah dengan menggunakan ukuran yang tersedia di photoshop, A3 dengan resolusi 300dpi. Resolusi cukup detail dan masih bisa diperbesar saat dicetak. Komputer juga tidak mendapat beban yang terlalu besar ketika mengerjakannya (dengan penggunaan layer yang bijaksana tentunya).
2. Memulai dengan background putih
“Apa salahnya dengan dasar putih? Bukankah ini terlihat netral dan seperti kertas?”
Masalah sebenarnya adalah karena tidak ada warna “netral”. Ketika dua warna bertemu maka akan muncul peran kedua warna satu sama lain. Putih + warna A, warna A akan nampak lebih “gelap”. Apapun tujuan kita, apabila kita menggunakan dasar putih maka kita akan cenderung menggunakan warna-warna yang lebih gelap. Mari kita lihat perbandingannya:
Pada media tradisional kita menggunakan dasar putih karena secara teknis lebih mudah untuk memberikan warna gelap pada dasar terang, namun tidak akan terjadi hal sama dengan media digital.
Bahkan kita bisa memulai dengan warna dasar hitam dan itu adalah ide yang sama buruknya dengan menggunakan dasar putih. Warna paling netral adalah 50% gray (#808080)
Mengapa? Warna dasar mempengaruhi cara kita melihat warna lain. Pada dasar putih, warna gelap akan terlihat lebih gelap, dan kita akan sering menghindarinya. Sebaliknya dengan dasar hitam, warna terang akan cenderung kita hindari. Hasil pada kedua kasus tadi adalah gambar kita memiliki kontras yang lemah dan saat kita menambahkan warna lain pada background.
Di bawah ini bisa kita lihat buktinya:
Artist yang telah berpengalaman biasanya menggunakan warna apa saja saat memulai painting dan membuat yang terbaik. Namun apabila kita merasa kurang percaya diri dengan teori warna, mulailah dengan warna-warna netral.
3. Hindari kontras yang terlalu kuat
Mata kita mudah tertipu. Tentu saja, kadangkala persepsi kita tentang terang dan gelap akan terganggu oleh buruknya kualitas monitor kita. Jika kita menggunakan laptop, mungkin kita akan mendapati kontras yang berubah-ubah saat kita menggeser derajat layar kita. Bagaimana kita mencapai kontras yang sesuai apapun monitor yang kita gunakan?
Sebagus apapun monitor kita, menatap terlalu lama pada monitor kerja kita akan membuat persepsi kita berubah. Jika kita merubah shadingnya pelan-pelan, kontras akan terlihat bagus karena lebih baik dari shading sebelumya. Obyek di bawah ini akan keliatan menarik:
…. dan kita menyadari sampai kita membandingkan dengan gambar yang lebih kontras. Siapa tahu, ketika kita bandingkan satu dan yang lainnya, persepsi kita terhadap kontrasnya mendadak berubah.
Photoshop memiliki sebuah tools yang membantu dalam situasi seperti ini. Tool Levels dengan fitur histogramnya membantu menunjukkan berapa banyak shade yang kita miliki dalam artwork kita. Kita bisa membuka tool Levels pada opsi Image > Adjustments > Levels atau dengan jalan pintas Control-L.
Bagaimana cara kerjanya? Lihat pada contoh berikut:
- Hampir seimbang jumlah putih, hitam dan midtone
- Hanya warna hitam dan warna midtone gelap
- Hanya putih dan warna midtone terang
- Hanya hitam dan putih tanpa warna menengah sama sekali
Can you read it from the histogram?
Kita bisa merubah level dengan cara seperti di bawah ini, Kita akan mendaptkan bentuk histogram yang ideal untuk artwork kita.
Histogram menunjukkan di mana banyak area midtones di artwork ktia dan juga apakah artwork kita kekurangan gelap dan area terang. Apapun yang kita lihat, itulah yang komputer katakan. Memang tidak ada resep sempurna untuk levels (semua tergantung aspek konsep lighting artwork kita), namun apabila tidak ada sama sekali area gelap dan terang merupakan tanda bahwa artwork kita valuenya tidak bagus.
Bandingkan ketika kita menggeser slider:
Adakah cara untuk menggunakan shading dengan benar dari awal? Ada cara yang akan membantu waktu kerja kita, yaitu dengan menggunakan lebih sedikit shading: warna gelap, terang, midtone dan satu warna dengan sedikit putih dan hitam.
Untuk mulai mengerjakannya, sebelum memulai painting buatlah rencana pencahayaan dalam sebuah bola:
- Gambar sebuah lingkaran dan blok dengan warna paling tua (namun bukan warna hitam).
- Tambah midtone.
- Tambahkan shade yang lebih terang (hindari warna putih).
- Tambah 2 midtone di antaranya.
- Tambahkan sedikit putih dan hitam.
Kita bisa melihat letak masing-masing shading dalam histogram. Saat kita menggabungkannya kita bisa melihat apa yang terjadi pada bola tersebut. Gunakan bola ini sebagai swatches shading dan setelah itu kita bisa memulai blending.
Bandingkan kedua gambar ini, di mana satu gambar telah diubah kontrasnya dan memerlukan blending ulang. Dengan hanya menaikkan kontras tidak akan cukup membuat gambar kita memiliki shading yang sempurna karena semua area shading akan mengalami perubahan.
4. Brush yang terlalu ribet dan ukuran stroke yang besar.
Kita sering berharap brush akan membantu kita menciptakan masterpiece dengan cepat sementara stroke yang kecil sangat menguji kesabaran kita. Saat kita bandingkan media tradisional dan digital kita akan melihat bagaimana media digital penuh dengan ribuan variasi brush, sementara media tradisional hanya menawarkan brush yang sama untuk kita gunakan. Di sinilah permasalahannya, dengan terbatasnya brush kita akan belajar mengendalikan brush tersebut. Artist pro lebih sering menggunakan brush simple dalam bekerja dan kemampuan mereka semakin meningkat dengan detail yang makin rumit. Brush yang kompleks akan membuat kita malas dan menghambat kita untuk mencapai sebuah hasil dari proses yang kita ciptakan dari penguasaan kita terhadap brush tersebut.
Saat memulai digital painting, wajar sekali kita ingin belajar secepat mungkin, kita ingin hasil, sekarang! Custom Brush adalah jawaban untuk keinginan itu. Kita ingin painting bulu, tersedia brush bulu, banyak sekali brush custom tersedia untuk didownload.
Custom Brush tidaklah buruk dan memang sangat berguna. Masalah terjadi ketika kita menjadikan custom brush sebagai “dasar kemampuan” kita. Sebenarnya, apa yang harus kita lakukan adalah mencoba memahami bahwa untuk menggambar bulu – misalnya kita tidak harus menggambar satu persatu helai. Kita belajar bahwa apa yang kita lihat tidak sesuai dengan realita.Kita juga belajar apa yang nampak dan ingin kita buat tidak seperti yang kita pikirkan.
Tapi kita seringkali tidak melakukan itu, malahan kita menyerah setelah berusaha menyelesaikan 1 helai bulu dan segera mencari sustom brush bulu yang sesuai. Senang sekali akhirnya menemukan brush yang sesuai di internet, dan kita lanjutkan painting kita. Hal ini sangat mudah membuat ketagihan, dan ini membuat kita berhenti belajar sama sekali dan lebih memilih mengunduh semua trik selama memungkinkan.
Nhah bandingkan dengan media tradisional, bagaimana mengatasi hal ini? Jawabannya sederhana – hal yang sama yang akan kita lakukan ketika tidak ada custom brush. Apabila kita ingin berkembang kita harus menghentikan kebiasaan seperti ini, singkirkan brush ribet dari koleksi kita. Bertahanlah dengan sedikit brush simple dan itu akan memberikan banyak pelajaran berharga. Janganlah mencari jalan pintas ketika kesulitan muncul.
Menjadi terlalu besar.
Kesalahan umum lain yang sering terjadi adalah ukuran stroke yang terlalu besar. Lagi-lagi karena ketidaksabaran menghadapi proses. Aturannya adalah 80% proses painting akan menyita 20% waktu yang kita gunakan. Artinya di mana kita mulai membuat skets, line art, bloking dan shading simpel, maka kita akan membutuhkan 80% waktu lagi untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan kita. Jika kita telah melewati 2 jam sketching dan membuat shading simple, maka masih akan ada 8 jam untuk menyelesaikan artwork kita. Tragisnya, dalam 8 jam tersebut seringkali progresnya sangat lambat dibanding 2 jam pertama. Menyedihkan ya?
Kita bisa lihat contoh di bawah pada awalnya proses gambar relatif cepat dan akan melambat di pertengahan dan beberapa gambar terakhir dengan perbedaan yang halus dikerjakan dalam waktu yang lebih lama.
Ini dia masalahnya, ketika gambar kita mendekati selesai, kita akan merasa dorongan untuk segera menyelesaikan dan melihat hasil akhirnya. Justru, di sinilah kita sebenarnya memulai. Mungkin ada yang bilang “Saya akan berhenti di gambar ke-4 di atas”. Di sinilah apa yang dirasakan oleh artist profesional yang akan mencapai titik ke-12, bahwa mereka menilai bahwa proses yang lambat dan dengan detail yang terlihat beda tipis itulah yang memiliki kontribusi 80% pada hasil akhir.
Solusinya cukup sederhana, jangan pernah berhenti ketika kita masih banyak menggunakan stroke berukuran besar (kecuali speed painting). Stroke besar digunakan pada awal painting, pada 20% bagian proses. Gunakan stroke besar untuk bloking, mengatur area lighting, menambah area warna yang luas, dan mulailah pelan-pelan menggunakan stroke yang kecil dalam kanvas yang di-zoom in. Pada umumnya makin bnayak tempat area gambar kita bersentuhan dengan brush (dan makin banyak kita merubahnya, seperti menambah beberapa detail kecerahan dengan stroke kecil), painting kita akan semakin terlihat halus.
Hal yang bisa dipelajari dari hal ini adalah, karena 80% painting yang kita kerjakan tadi hanya berperan kecil pada hasil akhir, kita bisa melakukannya dengan lebih santai dan simpan energi kita untuk fase-fase akhir painting kita. Ingat: “Tidak semua painting harus diselesaikan hanya karena kita telah memulainya”. Dengan menyingkirkan hal-hal yang tidak kita yakini, kita bisa menyimpan waktu kita yang telah terbuang.
5. Menggunakan terlalu banyak warna
Artist tradisional tidak memiliki koleksi warna sebanyak digital. Mereka harus belajar bagaimana menciptakan warna sesuai keinginan mereka. Bagaimana mencampur agar mendapat efek yang diinginkan. Sepertinya ini sangat tidak nyaman, namun ini adalah sebuah anugrah karena mereka mau tidak mau harus belajar tentang teori warna. Kita sebagai artist digital pemula memiliki semua warna yang kita inginkan, dan ini menjadi seperti beban buat kita….
Kita tidak bisa memahami warna dengan perasaan. Kita memang tidak memerlukannya dalam kehidupan sehari-hari, namun kita sebaiknya mengubah cara pandang kita tentang hal ini. Kita tidak bisa mengandalkan intuisi kita karena bukan seperti itu cara memahami warna. Kita harus memahami konsep warna yang berhubungan dengan 4 hal penting ini: Hue, Saturation, Brightness, and Value.
Warna tidak bisa berdiri. Warna berdiri karena aspek-aspek lain. Sebagai contoh, jika kita menginginkan warna terang, atau menurunkan kecerahan warna dasar. Merah disebut warna hangat, menjadi dingin tergantung dari nuansa di sekitarnya. Bahkan saturasi warna juga bisa berubah karena aspek lain yang berhubungan.
Seorang pemula yang tidak memahami teori warna ini akan mengisi sketsnya dengan warna yang acak. Mereka memilih biru, kemudian menambahkan hijau, tanpa menyadari bahwa ada banyak warna kehijauan dan kebiruan yang sebenarnya bisa mereka pilih.
Beginilah pemula melihat warna:
- Blues
- Muddy blues
- Grays
- Blacks
Tapi……mengapa banyak sekali gradasi? Apakah benar-benar bermanfaat? Jawabannya adalah TDAK. Yang perlu kita pahami adalah dari mana mereka berasal dan apa gunanya. Lihat bagaimana seorang profesional melihat pilihan warna:
- Desaturated blues
- Saturated blues
- Bright blues
- Dark blues
Rumit? Mungkin, tapi itu bukan alasan untuk mengabaikannya. Apabila terlalu membingungkan, cobalah painting grayscale. Grayscale membantu kita memahami tentang lighting, shading dan blending. Sill ini akan sangat berguna sekali di masa depan. Lebih jauh lagi, warna adalah “pemanis” bagi artwork kita. Artwork kita bisa jadi “manis” namun kita tidak bisa membangun artwork dari warna itu sendiri. Tidak ada berapapapun jumlah warna yang bisa membuat gambar kita bagus?
6. Picking warna langsung dari referensi.
Sangat sulit untuk menahan godaan ini. Hal ini sangat dimengerti. Namun untuk mempelajari digital painting, kita harus mengerti dengan baik tool eyedropper yang digunakan untuk “meminjam” warna dari referensi. Mengapa sangat penting?
Pemula bisanya menggunakan warna orange pucat atau pink untuk kulit. Sepertinya jelas, tetapi hasilnya jauh dari kesan alami. Walaupun kita menggunakan referensi, ceritanya akan berbeda, hampir setiap pixel memiliki gradasi yang berbeda, tidak hanya pink-kita bisa menemukan merah, kuning, oranye, keunguan, kehijauan dan biru. Saturasi dan kecerahan berubah tapi hasilnya sama sekali tidak seperti yang diinginkan.
Ketika kita mengambil sampel warna, gambar kita seperti mendapatkan nyawa baru. Jangan sampai kita tidak belajar apapun dari proses ini. Pelajaran kita dapatkan adalah seperti halnya tracing, kita tidak bisa mengulang hal yang sama saat tracing, demikian juga saat kita picking warna yang keren dan kita tidak akan bisa mengulang prosesnya lagi. Prosesnya memang mengesankan, tapi kita tidak mendapatkan kredit dari hal itu.
Ada satu hal penting lagi, picking warna bisa menghambat kemajuan kita. Seperti halnya kita “membeli” 1 set warna tanpa kita tahu bagaimana membuatnya. Sebenarnya kita telah memiliki color wheel dengan slider yang bisa kita gunakan dengan bebas untuk menciptakan warna kita sendiri. Agar kita bisa memiliki skill yang memadai untuk menciptakan sebuah warna yang sesuai, kita harus belajar melihat warna dengan baik. Lihatlah obyek di sekitar kita dengan cermat, bagaimana obyek itu memiliki hue, saturasi, kecerahan. Terus menerus menggunakan eyedropper akan menghambat proses belajar kita.
7. Menambahkan warna pada gambar grayscale tanpa value yang benar.
Gambar di bawah dibuat dengan teknik grayscale dan diwarnai dengan mode blending Color, Multiply dan Overlay. Saat gambar ini dibuat timbul beberapa masalah saat menambahkan warna kuning di bagian yang terang
Pada versi grayscalenya terlihat bahwa hijau dan kuning sama-sama gelap. Pada kenyataannya, secara natural cahaya tidak bekerja seperti ini.
Sebagai pemula, banyak yang mempercayai bahwa semua warna memiliki kecerahan yang seragam, demikian juga bayangan memberikan efek gelap yang sama. Itulah kenapa teknik grayscale lebih nyaman karena kita bisa lebih fokus ke shading dan menambahkan warna belakangan. Sayangnya prosesnya tidak semudah itu dan perlu pemahaman yang lebih dalam lagi.
Satu hal adalah warna memiliki tingkat kecerahan yang tidak tergantung pada adanya lighting. Saat kita mengabaikannya, mengakibatkan warna yang kita hasilkan menjadi kusam. Warna yang kita tambahkan pada gambar grayscale kita bukanlah bagian penting dari artwork itu sendiri. Kita lihat bahwa value lebih penting dari warna dari contoh di bawah ini:
8. Shading dengan Dodge dan Burn Tools
Dodge dan Burn tool adalah alat yang sering digunakan oleh pemula. Kedua tool ini dipercayai sebagai bagian dari tool untuk painting. Kita hanya perlu warna dasar dan memilih area yang ingin kita beri shading. Sisanya akan diselesaikan oleh tool dan kita tidak akan berperan sama sekali…jadi kita bukanlah bagian dari proses tersebut.
Tidak sepertiyang kita pikirkan, kedua tool tersebut hampir tidak berguna dalam painting. Sebagai pemula kita sebaiknya menghindarinya. Keduanya bukan “shading tool” Dodge tool bukan untuk menambah light dan burn tool bukan untuk menambah shadow. Walaupun hasilnya kadang memuaskan juga saat kita mulai digital painting.
Permasalahan bukan pada tool tapi pada kesalahan dalam memahami shading itu sendiri. Sebagai pemula, obyek sering dianggap memiliki warna sama yang akan berubah makin gelap di bawah bayangan dan makin terang ketika terkena cahaya. Mungkin hal itu masih berlaku untuk gambar cell shading atau gambar kartun, walaupun begitu itu hanyalah jalan pintas mempercepat proses produksi artwork.
Mengapa kita tidak bisa menggunakan 2 tool tadi?
- Teknik tersebut akan menghambat kemajuan kita. Shading adalah sebuah hal kompleks. Tidak terbatas oleh “membuat lebih terang dan membuat lebih gelap” Photoshop diciptakan untuk bekerja buat kita, bukan sebaliknya kita bekerja untuk photoshop.
- Teknik yang akan membuat obyek shading menjadi flat. Seberapapun banyaknya tekstur yang kita tambahkan akan sia-sia. Seperti cara kerja brush yang besar, kita tidak akan bisa menggunakannya untuk menyelesaikan artwork kita.
- Teknik ini akan mengacaukan warna itu sendiri. Warna seharusnya tergantung pada lingkungan sekitar (cahaya langsung dan cahaya ambient), kedua tool tesebut akan memperlakukan semua obyek dengan sama.
Shading dengan hitam dan putih
Teknik ini menggunakan hitam sebagai bayangan dan putih sebagai terang dalam shading. Hal ini berawal dari anggapan bahwa setiap warna berawal dari hitam sebagai warna tergelap dan putih sebagai warna paling terang. Anggapan ini mungkin benar, namun hanya berlaku pada foto yang mengalami over dan under exposure.
Kita selalu mencari tips paling sederhana dan mudah diingat tentang gelap terang ini, yang paling mudah diingat. Warna lebih kompleks dari hal ini dan hanya akan berlaku pada gambar grayscale.
Shading yang monoton dan tidak variatif
Masalah berikut yang bisa terjadi saat membuat shading adalah berapa sebenarnya warna yang digunakan dalam shading. Contoh gambar di bawah, warna jingga sebagai warna gambar karakter, kuning sebagai warna terang dan biru sebagai warna gelap/bayangan. Sumber cahaya adalah warna kuning dan warna ambien adalah warna biru dari langit. Teknik ini membuat shading menjadi lebih menarik dibandingkan penggunaam hitam dan putih. Tapi apakah ini cukup?
Hanya dengan menggunakan 3 warna, hasil yang kita dapatkan belum cukup natural. Seperti yang kita tahu, setiap benda memantulkan cahaya yang sulit diprediksi. cahaya memantul pada semua permukaan termasuk obyek 3D yang kita kerjakan. Warna langit yang terpantul bisa berubah menjadi kehijauan karena pengaruh warna rumput. Lihat gambar di bawah dengan shading yang variatif. Gunakan brush dengan stroke yang besar untuk membuat warna lebih mencampur. Gunakan stroke kecil untuk membuat kesan bertekstur.
9. Blending dengan Soft Brush
Ada 2 metode yang dikenal saat memulai belajar digital painting, keduanya didesain untuk mendapatkan hasil yang cepat:
- Blending dengan soft brush
- Blending dengan Smudge/Blur Tool
Seperti yang kita ketahui, hasil yang cepat sebenarnya membuatnya tidak sepenuhnya terkontrol. Stroke yang besar membuat obyek menjadi flat dan tidak natural. Bahkan ketika ditambahkan tekstur tetap tidak akan membantu. Teknik seperti ini hanya bagus digunakan pada fase awal-awal painting.
Jika kita menginginkan mendapatkan tekstur yang bagus dan natural, gunakan brush yang lebih solid dengan flow control Pen Pressure.
Pilihan brush seperti ini membuat kita bisa mengontrol jumlah warna yang kita inginkan.
Dengan atribut ini, kita bisa mencampur 2 warna menggunakan tekanan yang berbeda saat menggoreskan kuas.
Jika kita ingin tekstur lebih smooth, gunakan pick color untuk meratakan warna di area perbatasan warna.
Untuk tekstur yang lebih kuat, gunakan textured brush jika perlu.
Blending di awal fase ini jangan terlalu menyita waktu kita, masih banyak waktu yang akan kita pakai pada proses berikutnya.
Nanti ktia bisa menggunakan brush yang lebih kecil dan bertekstur untuk blending. Tidak perlu menggunakan smudge tool, soft brush, hanya menggunakan eyedropper dan hard brush dengan variable flow. Ingat, blending tergantung dari tekstur permukaan, sehingga kita tidak bisa menggunakan cara yang sama untuk semua material.
10. Menggunakan tekstur 2D untuk mendapatkan bentuk 3D
Photo textures adalah cara paling ampuh membuat gambar terkesan keren yang sering digunakan saat mulai belajar painting. Ketika warna dan shading justru membuat obyek terlihat halus seperti plastik, photo textures mungkin bisa menolong, atau malah bisa membuatnya lebih buruk?
Lihat contoh berikut.
Obyek harus diberikan shading sebelum ditambahkan tekstur. Bagian paling sulit karena obyek kita tidak sepenuhnya dishading.
Tekstur bisa kita dapatkan dari internet atau dari photoshop. Di bawah ini adalah contoh tekstur dari photoshop “inverted Screen Door”.
Jika kita mengganti mode blend dengan overlay, kita akan melihat beberapa bagian menjadi lebih terang. Mungkin bisa membuat gambar lebih bagus ketika beberapa shading ikut berubah karena mode ini, tapi ini tidak sepenuhnya bisa kita kontrol. Walaupun overlay bukan mode blending terbaik, namun bisa menjadi panduan untuk melihat sejauh mana tekstur sesuai dengan keinginan kita.
Pola tekstur harus sesuai dengan kontur obyek, karena itu kita perlu menyesuaikan konturnya dengan cara berikut:
- Menggunakan Free Transform Tool (Control-T) pada Warp mode
- Filter > Liquify
- Edit > Puppet Warp
Mode Overlay menaikkan kecerahan pada bagian yang tercover area putih. Kita bisa menggunakan multiply yang akan menghilangkan area putih pada tekstur namun akan membuat area grey lebih gelap dari yang kita inginkan. Untuk kita kita bisa mengatur transparansi dari blending yang kita butuhkan.
Klik 2 kali pada layer dan muncul jendela sebagai berikut untuk mengatur transparansi.
Di sini kita harus memahami apa tekstur itu sebenarnya. Tekstur adalah sebuah “pola kasar” pada permukaan obyek. Tekstur adalah kasar lembutnya sebuah permukaan. Apabila sinar mengenai permukaan, sinar itu akan memantul dengan beragam. Jika permukaan kasar, pantulan cahaya akan membentuk pola-pola tertentu, itulah tekstur yang kita lihat.
Karena sinar menghasilkan tekstur, karena itu tidak akan tercipta tekstur tanpa lighting. Bagaimana dengan area bayangan yang tidak terkena sinar? Untuk itulah kita perlu mengurangi tekstur di area gelap (apabila masih ada ambient light) atau menghilangkan sama sekali pada area tanpa cahaya. Ingat, celah-celah tekstur sebenarnya bayangan, jadi jangan membuatnya lebih gelap dari area normal yang paling gelap.
Memberikan tekstur dengan cepat dan mudah bisa kita lakukan jika kita mengerti apa yang perlu kita lakukan setelah memilihnya. Setiap tekstur tentunya berbeda, beberapa langsung terlihat bagus, dan beberapa harus dirapikan lagi.
Seperti halnya dalam prinsip membuat painting yang dibahas di atas, menambahkan tekstur adalah hal yang mudah, namun untuk membuatnya keliatan keren memerlukan cukup waktu. Mungkin akan memakan banyak waktu, tapi akan memberikan hasil yang cukup berbeda.
Kesimpulan
Pada awal-awal mempelajari painting, masalah timbul dari dorongan untuk mendapatkan hasil bagus dengan sedikit usaha dan dalam waktu yang singkat. Hal ini bukan karena kurangnya skill, namun lebih karena pengetahuan tentang photoshop sebagai media pembuat artwork. Hal tersebut akan membuat artist mencari tools dan trik dan bukannya fokus pada pemecahan masalah yang dihadapi.
Kita tidak bisa jadi digital artist suatu hari nanti, hanya bermodal sebuah software grafis. Photoshop hanyalah sebuah alat dengan brush dan warna, dan sangat luar biasa fungsinya. Photoshop hanya akan menghasilkan sesuatu yang kita kuasai. Jika kita ingin membuat sesuatu yang keren dengan photoshop, perlakukan seperti kita menggunakan kanvas digital dengan warna digital. Lupakan tentang tool-tool menggoda seperti filter, brush atau blend mode. Paintinglah seperti kita melakukannya di atas kanvas tradisional.
Pelajari teori warna, perspektif, anatomi – semua yang wajib dipelajari oleh “artist normal”. Dengan berjalannya waktu kita akan memahami bagaimana menggunakan tool dalam photoshop untuk mengerjakan semua tugas itu dengan lebih mudah dan cepat – tapi jangan sampai salah jalan dengan mengejar efek yang luar biasa tanpa disertai pemahaman yang baik. Apa yang telah ditulis di sini menitikberatkan pada perkembangan skill tanpa perlu ketergantungan pada solusi yang ditawarkan oleh tool digital. Kesabaran dalam proses adalah kunci utama.
Sumber: http://ow.ly/t7PZ30fe4Pw
Semua yang dibahas dalam artikel ini sangat menarik dan mudah di mengerti sekali. Bagi pemula yang akan memulai mempelajari hal yang baru,ini adalah awal yang sangat membantu Sekali. Semangat terus dalam membuat artikelnya. Saya akan lanjut ke artikel berikutnya. Terima kasih banyak atas informasi dan pembelajaran di artikel ini.