MENGENAL KARIKATUR
Karikatur adalah bagian dari seni ilustrasi yang menggambarkan sebuah karakter dengan cara menampilkan fitur-fitur khas dari karakter tersebut secara berlebihan atau sebaliknya direduksi menjadi lebih sederhana.
Walaupun gambar satire—seperti gambar hewan yang bertingkah laku seperti manusia—sudah ditemukan setidaknya sejak zaman Mesir Kuno, popularitas seni karikatur berasal dari Italia abad Renaisans. Pada mulanya, karikatur dibuat sebagai lelucon iseng oleh para seniman di studio, seperti Leonardo da Vinci dan Carracci bersaudara— Agostino dan Annibale serta Lodovico sepupu mereka, untuk menghibur dirinya sendiri atau kawan-kawannya dengan menggambar patron ataupun subjek lukisannya secara berlebihan. Carracci bersaudara diyakini sebagai seniman-seniman pertama yang terkenal akan karikatur mereka, dan Annibale diyakini sebagai orang pertama yang menggunakan istilah ritrattini carichi (potret yang dilebih-lebihkan). Selanjutnya, Pier Leone Ghezzi menekuni seni ini dan membangun kariernya dengan lebih dari 2.000 karya karikatur orang kebanyakan maupun tokoh terkenal. Karikatur-karikatur tersebut tidak dipublikasikan ataupun disebarluaskan, namun menjadi hiburan di kalangan elite. Setelah menyebar di Italia pada abad ke-16, karikatur sebagai gaya visual baru menyebar ke pers popular Eropa lebih dari seabad kemudian.
Karikatur mendapat peran tersendiri dalam sejarah ketika mulai dipakai untuk menyuarakan pesan-pesan melalui penggambaran tokoh-tokoh terkenal dalam politik dan kehidupan sehari-hari. Karikatur dalam era global sekarang ini membawa dampak massive dalam menyampaikan pesan kepada dunia ketika terjadi momen-momen tertentu yang melibatkan tokoh-tokoh dunia, pesan-pesan perdamaian, kritik dan perubahan ke arah yang lebih baik disampaikan dengan lebih provokatif melalui caricature. Karikatur menjadi fenomenal ketika berhasil menyampaikan pesan dan mendapat perhatian luas.
Bagaimana sejarah Karikatur dan Perkembangan Karikatur di Indoneisa saat ini? Simak Sejarah karikatur dan interview dengan karikaturis Romeo jericho
SEJARAH KARIKATUR
Abad ke-18 dan awal abad ke-19
Karikatur sebagai bentuk seni lukis baru berkembang di Inggris setelah penerbitan sejumlah karya Ghezzi dan seniman Italia lainnya pada tahun 1744. Contoh karikaturis Inggris yang popular pada abad ke-18 adalahJames Gillray, Thomas Rowlandson, dan George Cruikshank yang menggabungkan unsur karikatur dengan kartun menjadi kartun satire. Namun demikian, pada tahun 1830-an karya-karya mereka sudah kurang popular di Inggris dan kemudian diekspor ke Prancis dalam mingguan La Caricature dan kemudian harian Le Charivari yang sangat sukses, keduanya dipimpin oleh Charles Philipon.
Dua terbitan Charles Philipon tersebut membuat Prancis menjadi pusat baru dunia karikatur. Sejumlah karikaturis terbaik pada zaman itu dipekerjakan oleh Philipon; Paul Gavarni, J.J. Grandville, dan terutama Honoré Daumier, yang dianggap sebagai salah satu seniman paling terampil dalam sejarah karikatur. Baik Philipon maupun Daumier pernah ditahanakibat karikatur mereka di kedua terbitan tersebut yang mengkritik pemerintahan raja Prancis saat itu, Louis-Philippe. Pada salah satu sidang pengadilannya, Philipon menggambar potret Raja Louis-Philippe yang bermetamorfosis menjadi buah pir dan menyatakan pembelaan bahwa ada banyak hal yang mirip satu sama lain di alam sehingga tidak boleh ada pembatasan atas kreativitas seniman. Daumier sendiri pertama kali diadili karena Gargantua, kartun karyanya yang meng-karikaturkan Louis-Philippe sebagai raksasa yang memakan uang rakyat.
Karikatur kemudian menyebar ke media lain, yaitu patung, dimulai dari patung-patung karikatur karya Jean-Pierre Dantan. Gaya patung Dantan ini sangat mempengaruhi para seniman karikatur, sehingga mereka pun menciptakan patung-patung kepala penyanyi, penulis, pemusik dunia terkenal dan banyak aktor terkenal dari Comédie-Française. Bentuknya mungil dan menjadi sangat diminati, dipakai sebagai hiasan ujung tongkat, pegangan kayu, topeng, dan alat permainan lainnya.
Akhir Abad ke 19
Pada tahun 1868 di London, Thomas Gibson Bowles mulai menerbitkanVanity Fair, majalah ‘politik, sosial, dan kesusastraan’ yang kemudian terkenal karena memuat karikatur berwarna yang menggambarkan politisi, tokoh sastra, raja atau ratu dari luar negeri, ilmuwan, olahragawan, dan tokoh-tokoh terkenal lain. Sebagian besar karikatur tersebut digambar oleh Carlo Pellegrini—kartunis Italia yang menggunakan nama samaran “Singe” (bahasa Prancis untuk monyet) dan “Ape” (bahasa Inggrisuntuk kera) untuk mencerminkan pekerjaannya, yaitu menirukan subjeknya dengan tidak sempurna (to ape, dalam bahasa Inggris)—dan Leslie Ward(“Spy”), walaupun banyak seniman lain juga berkarya untuk majalah tersebut. Setiap karikatur tersebut diberi komentar yang mengolok-olokoleh Bowles dan editor-editor selanjutnya yang menggunakan nama samaran “Jehu Junior”. Majalah ini disebut sebagai yang paling banyak dibaca oleh para pejabat dan orang kaya Inggris dibandingkan dengan mingguan lainnya.
Karikatur Vanity Fair tersebut memengaruhi Joseph Keppler, imigranAustria yang menerbitkan majalah Puck di New York, Amerika Serikat. Mulai terbit dalam bahasa Jerman pada tahun 1876 dan kemudian bahasa Inggris setengah tahun kemudian, majalah ini juga memuat karikatur tokoh-tokoh terkenal yang disebut puckograph. Kesuksesan Puck mengilhami penerbit lain untuk menirunya, dan segera saja surat kabar-surat kabar dan terbitan tetap lainnya mulai secara rutin memuat karikatur.
Sementara itu, kartun editorial Thomas Nast yang sering berisi karikaturWilliam M. Tweed, seorang politikus New York yang korup, dimuat di majalah Harper’s Weekly dan turut berperan menggulingkan kekuasaan politikus tersebut. Setelah Tweed melarikan diri dari Amerika Serikat karena tuduhan kriminalitas, seorang polisi di Vigo, Spanyol, berhasil mengenalinya berkat kartun-kartun Nast tersebut.
Awal abad ke-20
Pada awal dekade ke-2 abad ke-20, Marius de Zayas, seorang karikaturis Meksiko yang hijrah ke New York, mengembangkan gaya seni lukis yang ia sebut karikatur abstrak. Selama berkarya di Meksiko maupun pada tahun-tahun pertamanya di New York, de Zayas menggunakan gaya yang realistik dan representasional.[20] Namun demikian, sewaktu mengunjungi Parisselama hampir setahun penuh dan setelah bertemu Picasso dengan gayakubismenya, de Zayas mengungkapkan ketidakpuasannya atas metode karikatur tradisional. Sekembalinya ke Amerika Serikat pada tahun 1911, de Zayas mulai mengeksplorasi gaya barunya yang memadukan bentuk-bentuk geometris datar simetris dan persamaan-persamaan matematika. Dengan gaya karikaturnya itu, de Zayas disebut “menjembatani kesenjangan antara karikatur pesohor populer dalam media komersial dengan keprihatinan dunia seni avant-garde untuk menemukan cara inovatif menggambarkan manusia tanpa kemiripan tersurat”.Seusai Perang Dunia I, popularitas karikatur berkembang secara dramatis di Amerika Serikat seiring dengan perkembangan film, fotografi, dan majalahyang membuat wajah para pesohor dari bintang film sampai atlet dan politisi dengan mudah dikenali oleh umum. Karikatur teatris menjadi genre tersendiri dalam seni populer masa tersebut, dimulai oleh Al Fruehyang menerbitkan Stage Folk, kumpulan karikaturnya yang bergaya Art Deco, pada tahun 1922. Pada tahun yang sama, Ralph Barton juga terkenal sebagai karikaturis teatris setelah menghiasi tirai teater pada salah satu pertunjukan di Broadway dengan 139 karikatur bintang teater, kritikus drama, dan orang-orang ternama dari masyarakat kelas atas New York.Miguel Covarrubias, yang berasal dari Meksiko, menyusul dengan karyanya di berbagai surat kabar dan majalah serta buku kumpulan karikatur pertamanya yang terbit pada tahun 1925, The Prince of Wales and Other Famous Americans. Alex Gard yang berimigrasi dari Rusia juga mengkhususkan diri menggambar tokoh-tokoh teater, terutama lebih dari 700 karyanya yang terpampang di dinding restoran “Sardi’s” di New York yang digambar dengan imbalan makan gratis di restoran tersebut sejak tahun 1927 hingga kematiannya tahun 1948. Namun demikian, Al Hirschfeld adalah seniman yang dianggap sebagai tetua semua karikaturis teatris.
Karikatur teatris Hirschfeld mulai dimuat di sejumlah surat kabar di New York setelah karikatur aktor Prancis Sacha Guitry karyanya, yang semula ia gambar pada salah satu pertunjukan teater Guitry dan membuat seorang wartawan terkesan hingga menyarankan Hirschfeld untuk menjualnya, dimuat di halaman depan surat kabar New York Herald Tribune pada tahun 1926. Akan tetapi, gaya khas karikatur kaligrafis linear Hirschfeld baru berkembang setelah ia mengunjungi Bali pada tahun 1932 atas undangan Covarrubias. Ia mengaku terkesan dengan wayang kulit Jawa dan dipengaruhi oleh gaya seniman ukiyo-e Jepang seperti Harunobu,Utamaro, dan Hokusai, maupun oleh Covarrubias. Sepanjang kariernya, ia membuat karikatur hampir semua tokoh penting teater Amerika Serikat, dan orang yang sudah dibuat karikaturnya oleh Hirschfeld menjadi dianggap tokoh sukses. Karyanya tampil pada hampir semua terbitan ternama selama sembilan dekade, termasuk hampir tujuh puluh lima tahun pada harian The New York Times, serta banyak poster, buku, dan sampul rekaman, hingga kematiannya pada tahun 2003.
Akhir abad ke-20
Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, karikatur politik mengalami “kelahiran kembali” dalam masa yang oleh Steven Heller, direktur seni senior The New York Times, disebut sebagai “periode paling vital dalam perkarikaturan abad ke-20”.[32] Hal-hal seperti Perang Vietnam, skandal Watergate, kebudayaan pemuda, feminisme, dan hak-hak sipil menjadi sasaran karikaturis dan kartunis politik pada masa ini yang dipelopori olehDavid Levine, Edward Sorel, dan Robert Grossman dari Amerika Serikat serta Ralph Steadman dan Gerald Scarfe dari Inggris. Karya mereka tampil di majalah-majalah seperti The New York Review of Books, New York, danEsquire maupun media protes lainnya.
David Levine beberapa kali disebut sebagai karikaturis terhebat pada masanya. Karyanya tampil sebagai ilustrasi artikel pada majalahThe New York Review of Books mulai tahun 1963 hingga 44 tahun kemudian, dan lebih dari 6.000 karikatur penulis, artis, dan politisi yang digambarnya dengan pena dan tinta dimuat di berbagai terbitan prestisius seperti Time,Esquire, dan The New Yorker. Untuk membuat karikatur pada The New York Review of Books, Levine menelaah terlebih dahulu buram artikel yang akan diberi ilustrasi, bersama dengan foto tokoh yang oleh majalah tersebut diminta dibuat karikaturnya. The New York Times mendeskripsikan karikatur Levine sebagai “berkepala besar, berekspresi murung, menyelisik secara tajam, dan hampir tidak pernah memuji”. Salah satu karyanya yang terkenal ialah karikatur Presiden Amerika Serikat Lyndon Johnsonyang sedang menunjukkan bekas luka operasi yang digambarkan Levine berbentuk seperti peta Vietnam.
Pada tahun 1980-an, acara televisi Inggris Spitting Image yang menampilkan karikatur dalam bentuk boneka mengolok-olok politisi dan para pemimpin partai pada era Margaret Thatcher. Program yang ditayangkan tahun 1984–1996 ini dimotori oleh Roger Law dan Peter Fluck yang pada tahun 1970-an sudah membuat karikatur untuk The Sunday Times Magazine, The New York Times, dan sejumlah majalah internasional. Spitting Imagemulanya dikritik karena karikaturnya dianggap bersifat ofensif, terutama karikaturnya atas keluarga kerajaan Inggris, namun kemudian menjadi sukses besar. Sesudah itu, acara ini ditiru di berbagai negara, dari Amerika Serikat hingga Iran.
Beberapa nama seperti James Gillray, Honoré Daumier, Thomas Nast atau Der Sturmer dan Bob Grossman adalah tokoh karikatur dunia yang turut andil menyuarakan sejarah semenjak abad 18. Bagaimana dengan karikatur di Indonesia? Perubahan suasana politik di Indonesia yang naik turun membuat karikaturis menjadi lebih kreatif dan cerdik menyampakan pesan-pesannya, bahkan kadang harus bermain-main dengan keselamatan mereka sendiri. Beberapa nama yang cukup terkenal adalah Agustinus Sibarani yang harus berhadapan dengan rumitnya politik di era orde baru. Ia seorang karikaturis yang disebut Benedict ROG Anderson, ahli Indonesia asal Universitas Cornell, Amerika, sebagai yang terbesar di negeri ini. Nama lain adalah Maestro Karikatur Pramono R. Pramoedjo dan juga karikaturis yang berhasil mempopulerkan tokoh fiksional Om Pasikom yaitu GM Sidarta.
Bagaimana proses pembuatan karikatur
Membuat karikatur memiliki tingkat kesulitan tersendiri . Seorang karikaturis harus mampu mempertahankan atau menonjolkan karakter objek namun tetap membuat objek mudah dikenali dengan memanfaatkan fitur2 khas karakter. Karikaturis harus melakukan observasi untuk menemukan cirri khas dari obyek yang paling menonjol dan mudah dikenali tersebut. Di sini kemampuan menyeimbangkan peran otak kanan dan otak kiri sangat penting. Otak kiri akan berperan dalam mengenal ciri2 khusus seperti “seksi, berwibawa, cantik, imut, lucu, tonggos, galak, mengernyit, cemberut” dan otak kanan akan menerjemahkannya ke dalam kertas.
Tantangan kedua adalah membuat karikatur menjadi estetik/artistic. Di sini preferensi dan teknik dari karikaturis sangat berperan penting. Teknik-teknik fundamental akan menentukan di sini. Bagaimana pengetahuan anatomi, lighting, stroke, arsiran dll akan menentukan.
Tidak melulu tentang hal-hal berat seperti politik, karikatur juga bisa disajikan dengan segar dan keren. Salah satu karikaturis era sekarang yang menyajikan karikatur dengan cara yang lebih mudah dinikmati adalah Tiago Heisel, Jan Op De Beeck, Al irschfeld, Steve Brodner, Ed Steckley yang membuat artworknya berkarakter dan dinamis.
Karikatur di Indonesia
Bagaimana dengan di Indonesia sekarang. Salah satu karikatur Indonesia yang cukup menonjol saat ini adalah Romeo Jericho, dengan style portrait caricature yang fun, distorsi ekstrim namun tetap estetis. Karikaturis yang akrab dipanggil bang eRJe ini sangat aktif menghasilkan karikatur2 dalam media pensil di tengah kesibukannya bekerja. Artwork2 buatan bang eRJe sangat konsisten dan estetis.
Buat lebih kenal dekat dengan bang eRJe, kita ngobrol langsung aja yok:
Kenalin dikit dong tentang bang eRJe, perjalanan di dunia ilustrasi hingga akhirnya memilih karikatur seperti sekarang ini?
Dari kecil memang sudah suka dengan dunia menggambar, buku tulis teman teman di sekolah penuh dengan gambar-gambar saya dan guru juga suka menangkap basah saya sedang menggambar dan bukan mendengarkan pelajaran ;p 😉
Walaupun keinginan saya untuk kuliah di bidang seni tidak jadi karena orang tua tidak menyetujui dan akhirnya bekerja pada bidang yang sama sekali tidak ada hubungan nya dengan dunia gambar namun hal tersebut sama sekali tidak memadamkan kecintaan/kegilaan saya dengan kegiatan menggambar 😉
2005 ketika street art mulai bergerak di Indonesia, saya ikut aktif menyumbangkan karya-karya saya di jalanan ibu kota/rumah teman.
Dikarenakan waktu yang sudah tidak mendukung lagi, aktifitas di dunia street mulai berkurang di tahun 2010, Tahun 2011 saya mulai tertarik menggambar portrait/realism, mulai cari tahu apa dan bagaimana, mulai cari-cari teman di FB yang punya minat yang sama.
Tahun 2012 awal secara tidak sengaja ketika melanglangbuana di dunia maya, saya menemukan karya-karya *karikaturis dari Indonesia yang ada pada situs dari luar negri. (Jiwenk & Toni Malakian) Saat itu saya berkata Waow ternyata ada juga toh orang Indonesia yang bikin karikatur kaya gini.. (yang eksagerasi/distorsi/likeness) nya keren banget!
Itu yang membuat saya tertarik.. semacam love at the first sight.. ssaahh..
Mengapa tertarik dengan karikatur, apakah bosan dengan realistis atau gimana?
Saya menemukan tantangan tersendiri dalam membuat karikatur, selain unsur pemberontakannya 😉 , dimana kita bisa bebas berekspresi tanpa terikat aturan baku seperti hal nya dalam portraiture/realism yakni apa yang kita lihat itu yang kita gambar, namun dalam karikatur itu satu objek/wajah bisa dimanifestasikan dalam beragam hasilnya ditangan lebih dari seorang karikaturis , sebaliknya seorang karikaturis juga pasti tidak akan pernah membuat satu objek/wajah dengan hasil yang sama pula, begitu dinamis, luas, menantang, rebel, lucu, garang, satir,seram, idiot dll yang bisa ditampilkan/tonjolkan kesan-kesan nya …. dan ternyata membuat karikatur itu sifatnya adiktif.. nyandu!
Karikatur bang eRJe setau saya lebih menonjolkan sisi artistic dibandingkan dengan karikatur artist lain yang sering digunakan untuk menyampaikan pesan atau kritik satir politik. Nha hal menarik apa yang membedakan kedua gaya tersebut?
Gaya karikatur opini/editorial lebih menonjolkan dalam suasana/keadaan/pesan (yang positif atau sindiran) yang ingin disampaikan oleh perupa nya pada saat itu, seperti yang kita lihat di media, dan gaya ini seperti potongan cerita komik/kartun.
Gaya saya lebih menonjolkan kekuatan karakter sifat/wajah dimana akan nampak ekspresi/wajah yang bodoh semakin kelihatan bodoh, yang seram semakin kelihatan seram dlsb,, karena saya bermain di eksagerasi/distorsi pada wajah namun tetap mempertahankan likeness nya sehingga membuat yang melihat bisa orgasm.. visual orgasm!
Karikatur kan harus bisa memenuhi sisi artistic juga, nah apa sih syarat karikatur biar keren?
Karikatur harus memenuhi unsur-unsur ini : eksageration/distortion dan likeness 😉
Pengalaman apa paling menarik selama berkecimpung di dunia karikatur?
Banyak teman didunia maya n juga nyata ;), banyak tahu tokoh/wajah yang selama ini mungkin saya hanya tahu namanya saja atau sebaliknya saya tahu wajah nya tapi tidak tahu namanya.. dan juga ada tambahan buat ajak anak istri nonton film 😉 hahaha
Untuk rencana ke depan bang eRJe punya plan apa nih sebagai karikaturis?
Mendirikan “Asosiasi Karikaturis Indonesia” (semacam ISCA nya Indonesia, www.caricature.org). Punya tempat mangkal/studio untuk ngamen karikatur (saat ini sedang survey-survey) 😉
Ada nggak ilustrator idola yang menginspirasi?
Lokal : Toni Malakian n Jiwenk, Luar : Jan Op de Beeck, Jeff Stahl, Jota Leal, Marvin Lorenz, Xi Ding, Fernandez dll .. Saya juga banyak terinfluence/terinspirasi artis artis graffiti dan tattoo
Apa tips2 buat yang tertarik mendalami karikatur?
Be consistent! a stunning flower never spring in just one night, an old adage true for me : practice make perfect/no pain no gain 😉
Dalam bulan ini bang eRje akan mengisi kelas karikatur “Mutilating the Face with Caricature” bisa kasih bocoran nggak sih apa yang akan disajikan di kelas ini, keliatannya sangat menarik?
Prinsip/pengertian apa itu “karikatur”, sehungga diharapkan dengan mengerti pemahaman apa itu karikatur maka akan lebih mudah membuat karikatur yang asik, selain juga tips-tips eksagerasi dan likeness nya 😉
Bagaimana perkembangan dunia karikatur di Indonesia saat ini ?
Masih di dominasi dengan gaya karikatur komersil/pesanan, bisa dimengerti karena budaya kita yang masih enggan jika wajah kita digambarkan dalam bentuk “karikatur”
Di dunia maya (FB) perkembangan untuk pemahaman karikatur sudah semakin baik setahun belakangan ini, banyak karikaturis-karikaturis muda yang muncul dengan bimbingan saya 😉
Karikaturis Indonesia saling menginspirasi dan mendukung/mengkoreksi satu sama lain.
Wah ternyata menarik juga dunia karikatur, nha buat mereka yang tertarik mendalami karikatur secara serius, ada kelas Boot Camp yang akan dibuka 14 Juni 2014 ini dengan pembawa materi bang eRJe, wah seperti bakal keren nih diajarin langsung sama masternya…..nhah buruan daftar buat upgrade skill!!
Dirangkum dari berbagai sumber :
Sejarah karikatur: http://keseniandarulfalah.blogspot.com/2013/02/karikatur.html