Banyak alasan untuk kita menggambar, namun jika kita ingin memperdalam skill gambar secara serius tentu akan menjadi proses yang berbeda dibandingkan jika kita ingin menggambar untuk bersenang-senang atau rekreasional. Nha bagaimana jika kita telah menghabiskan waktu belajar panjang namun hasilnya tidak sesuai yang kita inginkan?. Apa saja sih yang bisa menghambat proses belajar menggambar kita? Inilah 7 hal yang perlu kamu perhatikan!
Gambar untuk kesenangan dan untuk belajar adalah hal beda. Gambar tanpa tujuan tidak menambah skill secara optimal. Untuk mengembangkan skill perlu sebuah tujuan dan target yang jelas sehingga tahu materi apa yang ingin dipelajari dalam sesi menggambar. Kamu harus menentukan skill apa yang akan kamu kuasai dalam sesi belajar gambar berikutnya dan ketika karya selesai kamu bisa kamu bisa tahu apa yang akan dikembangkan lagi di karya selanjutnya.
2. Tidak sepenuhnya tertarik.
Otak hanya akan fokus pada sesuatu yang benar-benar menarik perhatian kita. Proses belajar menuntut prioritas fokus kita. Jika tidak sepenuhnya tertarik menggambar maka kita akan mudah terdistraksi dengan hal lain seperti game, media sosial, berbagai informasi yang tidak perlu dll. Jika ingin serius belajar menggambar atau belajar apapun itu, kamu harus selalu bisa menemukan alasan mengapa kamu memilih gambar untuk dipelajari dan jadikan itu reminder saat fokus kamu terpecah.
3. Tidak Memahami Psikologi Belajar: Otak Kerja ke Otak Bawah Sadar.
Belajar adalah proses menyusun data ke OTAK KERJA dengan goal menyimpan ke otak BAWAH SADAR untuk digunakan lagi setiap saat. Menyusun visual data base harus dilakukan dengan simple, teratur, rapi dan berulang. Belajar terlalu banyak, cepat, kompleks dan tidak beraturan membuat informasi berjejalan di otak sehingga burn out dan tidak optimal. Kim Jung Gi adalah salah satu artist yang memiliki kemampuan luar biasa dalam menyerap berbagai visual data dan menyimpannya dengan rapi.
4. Kurang Melatih Mata Artistik.
2 orang yang sedang belajar menggambar bisa menghasilkan 2 kualitas karya yang berbeda dari tugas yang sama. Jiwa artistik membuat artist memiliki rasa ingin tahu dan kepekaaan dalam mengobservasi karya yang menarik dan mampu menerjemahkan apa yang membuat karya itu bagus. Proses berikutnya adalah mensimulasikan bagaimana proses karya itu dibuat dan mempelajarinya. Jiwa artistik bisa dikembangkan dengan memperluas wawasan dan preferensi.
5. Tidak Mengosongkan Gelas.
Mengosongkan gelas seperti pepatah sepele. Namun artinya adalah menyingkirkan ego dan memberi ruang lebih luas untuk ilmu baru. Ego adalah mekanisme perlindungan yang tercipta untuk menghindari kegagalan yang justru dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan dalam jangka panjang. Kita perlu belajar mengelola ego kita dan mengubah kegagalan sebagai peluang untuk berkembang dan belajar.
6. Effort yang Tidak Sepadan.
Untuk mengetahui seberasa besar effort yang harus kita berikan kita perlu melakukan self assesement atau penilaian pribadi?. Self assesment bisa berbentuk pertanyaan, apakah waktu yang kita dedikasikan cukup dan efisien? Apakah kita sudah berani dengan challenge baru? Sudahkah mencoba keluar zona nyaman atau kapasitas kita? Sudahkah belajar dari kesalahan dan keberhasilan? Apakah kritik dan feedback yang kita dapatkan cukup?.
7. Splash Art Effect.
Adalah ketika kamu ingin membuat karya sekeren splash art namun tidak menyadari proses kompleks pembuatannya. Jika kita ingin mencapai goal atau target yang kita inginkan, kita harus bisa dengan bijak menempatkan goal, effort dan seberapa besar alokasi waktu, tenaga dan pengorbanan yang akan kita berikan. Dengan goal yang realistis kita akan mampu mengukur rencana belajar kita dengan baik.
(BP/CA)