Prof John A. Lent adalah Profesor Komunikasi dari Temple University, Philadelphia & founder International Journal Of Comic Art). Beliau adalah pelopor dalam studi media Dunia Ketiga, dengan fokus Asia Tenggara. Juga pelopor dalam studi budaya pop (komik dan animasi) di Asia. Karir mengajarnya telah berlangsung lebih dari 45 tahun. Atas undangan Institut Kesenian Jakarta, Prof. Lent datang ke Indonesia dan mengisi diskusi acara yang digelar oleh Akademi Samali.
Prof. Lent akan mengisi acara diskusi selama 3 hari berturut-turut di tempat yang berbeda, yaitu di IKJ, Akademi Samali dan di Komunitas Salihara.
Dalam materi yang disampaikannya di hari pertama di gedung Paska Sarjana IKJ, Prof. Lent menekankan beberapa point penting dalam perkembangan Komik Asia, antara lain:
1. 40% komikus di dunia adalah perempuan.
Ini merupakan angka yang menggembirakan, karena komikus perempuan tentu akan memberi warna yang berbeda pada nuansa komik dunia.
2. Karya “Novel Grafis” itu justru berkembang di Asia, sejak dulunya (Untuk Indonesia sample yang diperlihatkan adalah karya Taguan Hardjo: Morina, 1962)
3. Era digital-online telah mengubah peta dan format kerja komik di dunia.
Banyak sekali kemudahan dan terobosan baru yang ditawarkan oleh industri digital. Kemudahan dalam berproduksi, mudahnya membagi informasi yang membuat dunia komik makin terhubung satu sama lain. Masalah yang terjadi adalah komik lokal terkadang tak berdaya menghadapi trend yang dengan begitu gampangnya meluas secara global melalui media. Menjadi tantangan tersendiri bagi komik-komik lokal untuk menjadi trend dan dicintai di negaranya sendiri.
4. Berkembangnya event seperti festival dan museum-museum kartun/ komik menjadi penting bagi perkembangan komik, di manapun.
Ajang-ajang seperti Comic Con, Pop Con Asia dll menjadi ruang komunikasi bagi pihak-pihak yang berkompeten di bidang ini. Banyak kesempatan menjadi terbuka luas baik bagi artist, penikmat komik maupun rumah produksi. Komikpun bisa bersinergi dengan produk-produk lain seperti merchandise, action figure dan games. Pop Con Asia 2013 menjadi ajang tahun kedua. Menggembirakan sekali karena sambutan masyarakat sangat besar di event ini.
Di beberapa negara, komik telah dianggap menjadi bagian penting dari perkembangan budaya, sehingga dibangun museum komik dan kartun, mudah-mudahan di Indonesia hal bagus seperti ini juga bisa terwujud. Tentunya dengan sedikit perhatian dalam pemerintah, tapi kita tentu bisa memulainya dari diri kita dengan mulai menyukai komik-komik lokal yang keren-keren.
5. Komik Asia (selain Jepang – Manga) akan sulit sekali menembus pasar komik di Amerika yang telah sangat kuat.
Pembaca komik Amerika telah berkembang pesat dan demikian loyal pada produksi negerinya sendiri. Tak dipungkiri, dominasi komik Amerika memang sangat sulit ditaklukkan. Melihat sejarah komik Amerika atau jepang yang panjang sebenarnya memang komik tidak lepas dari kultur negara tersebut yang akrab dengan komik sehingga industri komik bisa diterima dan menjadi kekuatan yang masif. Untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri komik-komik Asia (selain Jepang) perlu sekali belajar dari bagaimana Amerika dan Jepang memberikan tempat yang istimewa pada keberadaan komik. Industri komik sebenarnya memiliki kontribusi besar pada kemajuan ekonomi dan kultur suatu negara, jadi mudah-mudahan pada saatnya nanti komik Indonesia akan mendapatkan tempat yang istimewa di negaranya sendiri.
6. Asia Tenggara (termasuk Indonesia) -saat ini- hanya dapat menjadi pasar besar untuk komik – komik Jepang, Amerika dan Eropa, – pasar dalam arti pembeli. Juga tempat yg besar bagi pekerja-pekerja outsource.
Saat ini, negara-negara di Asia Tenggara menjadi konsumen potensial komik-komik Amerika dan Jepang, miliaran rupiah dibelanjakan tiap tahun untuk komik dan pernak perniknya. Kabar baiknya, di era global ini artist – artist lokal bisa menikmati cipratan kemajuan industri komik dunia, terutama Amerika dengan menjadi bagian dari produksi, tentu ini membanggakan memiliki potensi artist-artist yang memenuhi standar kualitas dunia, harapan ke depan tentunya kita bisa memproduksi komik-komik lokal berkualitas yang diterima di negeri sendiri.
Oke, jadi bagaimanapun perkembangan komik lokal tidak dapat dipisahkan dari pembacanya, masih terus baca komik lokal kan?
Salah satu grafis novel lokal terbaru yang perlu diburu saat ini adalah Enjah karya Beng Rahardian